Jumat, 18 Maret 2011

Mistik Hutan Sancang

Mistik Hutan Leuweungsancang
Jalan tanah yang terjal dengan batu-batu runcing dipadati dahan rimbun di sisinya. Sesekali, ojek pengangkut kayu melintas di jalan yang lebarnya hanya 3 meter itu. Pengendaranya lincah menghindari lekukan dan batu. Lutung, elang, dan perkutut sesekali tampak berkeliaran di sana.
Jalan itu adalah jalur yang melintasi hutan Leuweungsancang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Meski pepohonan cukup padat dan masih terdapat berbagai satwa liar di hutan tersebut, kelestarian Leuweungsancang sudah sangat berubah.
"Dulu, waktu saya pertama bekerja tahun 1987, banyak macan, ular, bahkan banteng," kata polisi hutan Cagar Alam Leuweungsancang, Aji Sudarji. Saat itu, Leuweungsancang sangat ditakuti. Jangankan masyarakat, polisi hutan pun segan jika hendak masuk ke hutan itu.
"Baru di tepi hutan saja, kami sudah bergidik. Kepercayaan itu terkait erat dengan mitos Leuweungsancang," katanya. Mitos itu menyebutkan Leuweungsancang sebagai tempat menghilangnya Prabu Siliwangi. Jika warga masuk ke hutan lalu terluka dengan binatang buas, menurut Aji, mereka sangat percaya itu disebabkan kesakralan hutan telah diganggu.
Dengan keangkeran itu, Leuweungsancang justru terjaga. Saat itu pohon begitu rimbun sehingga sinar matahari pun sulit menembus rimbunnya daun dan ranting. Namun, sejak reformasi 1998, kondisinya berubah karena pembalakan liar.
Walaupun pembalakan mereda tahun 2003 dengan bantuan polisi, kesakralan Leuweungsancang dan penghormatan kepada hutan tak lagi terasa. Di hutan dengan luas sekitar 2.150 hektar itu tak lagi ditemukan banteng. Ular dan macan pun hanya sesekali terlihat. Menurut Sule (46), nelayan di Desa Sancang, Kecamatan Cibalong, mitos Prabu Siliwangi tergantung pada masing-masing individu. Ada warga yang masih memercayainya, tetapi ada pula yang menganggap sebagai suatu lambang.

"Jadi, Prabu Siliwangi itu sebagai perlambang orang Sunda. Siliwangi itu ada dalam hati, bukan dalam wujud sebenarnya," ujarnya.
Legenda

Menurut legenda, Prabu Siliwangi dan pengikutnya melarikan diri dan menghilang di Leuweungsancang karena dikejar anaknya, Kiansantang, lantaran menolak masuk Islam. Prabu Siliwangi berubah wujud menjadi harimau putih, sementara pengikutnya menjadi harimau loreng yang disebut maung sancang.

Harimau jelmaan Prabu Siliwangi berdiam di dekat muara Sungai Cikaengan. Lokasi itu hingga kini dianggap petilasan Prabu Siliwangi dan kerap didatangi masyarakat Sunda dan wisatawan. Sementara maung sancang tinggal di hutan Leuweungsancang. Keberadaan legenda itu mengakibatkan hutan di tepi Samudra Indonesia itu dihormati masyarakat sekitar dan menjadikannya sebagai hutan tropis pantai yang masih cenderung utuh.
Di Leuweungsancang juga ditemui pohon kaboa (Aegiceros comiculatum), yaitu sejenis bakau yang hanya tumbuh di hutan itu. Kayu kaboa konon diyakini sebagai pelindung jika menjelajahi hutan itu agar tidak diganggu harimau.
Kini pohon itu diyakini punah akibat penyerobotan lahan dan pembalakan liar sejak reformasi 1998. Sejumlah hewan langka seperti banteng juga menghilang.
Sumber : kompas cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar