Minggu, 07 Agustus 2011

RAMADAN BULAN ISTIMEWA


Ramadhan Bulan Istimewa
Ramadhan merupakan hal yang sangat istimewa bagi kaum Muslim. Sebab, seperti yang dikhutbahkan oleh Rasulullah saw., pada bulan itu Allah Swt. akan menaungi kaum Muslim dengan segala keagungan dan keberkahan. Pahala amalan sunnah pada bulan tersebut setara dengan pahala amalan fardhu pada bulan lain. Bahkan di dalamnya terdapat satu malam, Lailatul Qadar, yang lebih baik daripada seribu bulan.
Melalui lisannya yang mulia, Rasulullah saw. bersabda:

«قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانَ شَهْرُ مُبَارَكٌ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ اْلجَنَّةُ وَيُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ اْلجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ»
Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan penuh berkah. Pada bulan itu Allah mewajibkan atas kalian shaum. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. (HR Ahmad dan an-Nasa'i).

Pada setiap Ramadhan lisan kaum Muslim basah karena banyak membaca ayat-ayat al-Quran, berzikir, dan berdoa kepada Allah Swt., bahkan banyak yang sembab oleh air mata. Media tv dan media cetak ikut menyesuaikan diri dengan suasana suci bulan Ramadhan. Bahkan shaum Ramadhan menjadi salah satu syiar Islam yang mampu menumbuhkan semangat persatuan seluruh kaum Muslim dari ufuk barat hingga ufuk timur; juga menyadarkan kaum Muslim bahwa mereka adalah satu umat di tengah-tengah umat manusia secara keseluruhan. Pengkotakan dalam bungkus nasionalisme, kebangsaan, patriotisme, serta fanatisme golongan dan mazhab; juga semangat kemaslahatan duniawi, harta benda, dan penghormatan diri dari manusia menjadi pudar oleh semangat Ramadhan yang satu.

Pengaruh Tazkiyah an-Nafs
Semestinya perhelatan akbar tazkiyah an-nafs secara massal selama Ramadhan ini menjadi batu pijakan untuk berpikir dan bertindak pada sebelas bulan berikutnya. Pasca Ramadhan kondisinya kembali seperti semula. Masjid dan majelis taklim kembali sepi. Media tv dan media cetak kembali menjajakan hedonisme dengan berbagai pernak-perniknya. Ayat-ayat al-Quran yang dibaca selama Ramadhan dengan air mata kembali tereliminasi dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya, hukum, dan politik. Al-Quran hanya sebatas bacaan yang merdu dikumandangkan tetapi dibekukan hukumnya dalam persoalan kehidupan publik.
Ramadhan yang datang setiap tahun belum mampu memberikan perubahan mendasar di masyarakat. Selama tazkiyah an-nafs di bulan Ramadhan, sebagian besar para pejabat pusat sampai daerah hanyut dalam acara-acara zikir dan doa, bahkan di antaranya bersimbah air mata. . Namun, di meja-meja kantor pemerintah tersebut tetap berlangsung transaksi haram yang menyengsarakan masyarakat.

Problem dalam Tazkiyah an-Nafs
Pertama, terjadinya penyempitan pengertian tazkiyah an-nafs, yaitu hanya sebatas aktivitas individual-ritual. Akibatnya, penyucian diri baru sekadar memotivasi individu untuk menjaga ibadah mahdhah (shalat, shaum, zakat, haji, dll), akhlak, berdoa, dan beristigfar, serta beberapa ibadah nafilah lainnya.
Kedua, tazkiyah an-nafs diindentikkan dengan proses menenangkan hati (kalbu) atau relaksasi. Bahkan alasan medis .Lalu dimana letak Islam sebagai solusi atas persoalan hidup manusia, seperti masalah sosial, budaya, ekonomi, hukum, dan politik?
Telah menjadi pemahaman umum bahwa shaum Ramadhan berfungsi untuk menundukkan hawa nafsu.(proses tazkiyah an-nafs). Berkaitan dengan masalah ini Allah Swt. berfirman:

]وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى% إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى[
Tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran dan al-Hadis) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS an-Najm [53]: 3-4).

Dalam ayat di atas, Allah Swt. secara tegas menjelaskan bahwa antara hawa nafsu dan wahyu adalah saling bertolak belakang. Pada ayat-Nya yang lain, Allah Swt. berfirman:

]فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ[
Putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan (al-Quran) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (QS al-Maidah [5]: 48).

]وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ[
Siapa saja yang menjadikan selain Islam sebagai dîn (agama, sistem hidup), maka tidak akan diterima apapun darinya, dan di akhirat di termasuk orang yang merugi. (QS Ali Imran [3]: 85).

Hikmah terbesar disyariatkannya shaum Ramadhan adalah tercapainya derajat ketakwaan kaum Muslim. Takwa yang sebenarnya adalah keterikatan seorang Muslim dengan segala ketentuan Allah Swt., yaitu syariat Islam.

Beberapa aktivitas berikut sangat urgen dilakukan dalam rangka tazkiyah an-nafs, yaitu:
Pertama, tazkiyah an-nafs diarahkan untuk membentuk pribadi Mukmin yang taat secara total kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. dalam seluruh perkara yang diperintahkan ataupun yang dilarang-Nya.
Kedua, memahamkan umat bahwa al-Quran merupakan sumber hukum kaum Muslim dalam menjalani kehidupannya sebagai individu, masyarakat, dan negara. Allah Swt. berfirman:

]شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ[
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). (QS al-Baqarah [2]: 185).

Ketiga, harus ditanamkan pula dalam diri umat bahwa mereka juga diseru untuk segera memperjuangkan tegaknya syariat dalam kehidupan pribadi mereka, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan bernegara.
Allah SWT berfirman:
]وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ[
Bersegeralah kalian menuju ampunan Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS Ali Imran [3]: 133).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar